Jumat, 30 Mei 2008

psikologi perkembangan remaja TUGAS 1.1

KENAKALAN REMAJA

Masalah sosial yang dikategorikan dalam perilaku menyimpang diantaranya adalah kenakalan remaja. Untuk mengetahui tentang latar belakang kenakalan remaja dapat dilakukan melalui dua pendekatan yaitu pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual, individu sebagai satuan pengamatan sekaligus sumber masalah. Untuk pendekatan sistem, individu sebagai satuan pengamatan sedangkan sistem sebagai sumber masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan diperoleh hasil bahwa ternyata ada hubungan negative antara kenakalan remaja dengan keberfungsian keluarga. Artinya semakin meningkatnya keberfungsian sosial sebuah keluarga dalam melaksanakan tugas kehidupan, peranan, dan fungsinya maka akan semakin rendah tingkat kenakalan anak-anaknya atau kualitas kenakalannya semakin rendah. Di samping itu penggunaan waktu luang yang tidak terarah merupakan sebab yang sangat dominan bagi remaja untuk melakukan perilaku menyimpang.

Kenakalan remaja dalam studi masalah sosial dapat dikategorikan ke dalam perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial terjadi karena terdapat penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan norma social yang berlaku. Perilaku menyimpang dapat dianggap sebagai sumber masalah karena dapat membahayakan tegaknya sistem sosial. Penggunaan konsep perilaku menyimpang secara tersirat mengandung makna bahwa ada jalur baku yang harus ditempuh. Perilaku yang tidak melalui jalur tersebut berarti telah menyimpang.

Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena si pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan. Becker (dalam Soerjono Soekanto,1988,26), mengatakan bahwa tidak ada alasan untuk mengasumsikan hanya mereka yang menyimpang mempunyai dorongan untuk berbuat demikian. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya setiap manusia pasti mengalami dorongan untuk melanggar pada situasi tertentu, tetapi mengapa pada kebanyakan orang tidak menjadi kenyataan yang berwujud penyimpangan, sebab orang dianggap normal biasanya dapat menahan diri dari dorongan-dorongan untuk menyimpang.

Masalah sosial perilaku menyimpang dalam tulisan tentang “Kenakalan Remaja” bisa melalui pendekatan individual dan pendekatan sistem. Dalam pendekatan individual melalui pandangan sosialisasi. Berdasarkan pandangan sosialisasi, perilaku akan diidentifikasi sebagai masalah sosial apabila ia tidak berhasil dalam melewati belajar sosial (sosialisasi). Tentang perilaku disorder di kalangan anak dan remaja (Kauffman , 1989 : 6) mengemukakan bahwa perilaku menyimpang juga dapat dilihat sebagai perwujudan dari konteks sosial. Perilaku disorder tidak dapat dilihat secara sederhana sebagai tindakan yang tidak layak, melainkan lebih dari itu harus dilihat sebagai hasil interaksi dari transaksi yang tidak benar antara seseorang dengan lingkungan sosialnya. Ketidak berhasilan belajar sosial atau “kesalahan” dalam berinteraksi dari transaksi sosial tersebut dapat termanifestasikan dalam beberapa hal.

Proses sosialisasi terjadi dalam kehidupan sehari-hari melalui interaksi sosial dengan menggunakan media atau lingkungan sosial tertentu. Oleh sebab itu, kondisi kehidupan lingkungan tersebut akan sangat mewarnai dan mempengaruhi input dan pengetahuan yang diserap. Salah satu variasi dari teori yang menjelaskan kriminalitas di daerah perkotaan, bahwa beberapa tempat di kota mempunyai sifat yang kondusif bagi tindakan kriminal oleh karena lokasi tersebut mempunyai karakteristik tertentu, misalnya (Eitzen, 1986 : 400), mengatakan tingkat kriminalitas yang tinggi dalam masyarakat kota pada umumnya berada pada bagian wilayah kota yang miskin, dampak kondisi perumahan di bawah standar, overcrowding, derajat kesehatan rendah dari kondisi serta komposisi penduduk yang tidak stabil. Penelitian inipun dilakukan di daerah pinggiran kota yaitu di Pondok Pinang Jakarta Selatan tampak ciri-ciri seperti disebutkan Eitzen diatas. Sutherland dalam (Eitzen,1986) beranggapan bahwa seorang belajar untuk menjadi kriminal melalui interaksi. Apabila lingkungan interaksi cenderung devian, maka seseorang akan mempunyai kemungkinan besar untuk belajar tentang teknik dan nilai-nilai devian yang pada gilirannya akan memungkinkan untuk menumbuhkan tindakan kriminal.

Mengenai pendekatan sistem, yaitu perilaku individu sebagai masalah sosial yang bersumber dari sistem sosial terutama dalam pandangan disorganisasi sosial sebagai sumber masalah. Dikatakan oleh (Eitzen, 1986:10) bahwa seorang dapat menjadi buruk/jelek oleh karena hidup dalam lingkungan masyarakat yang buruk. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pada umumnya pada masyarakat yang mengalami gejala disorganisasi sosial, norma dan nilai sosial menjadi kehilangan kekuatan mengikat. Dengan demikian kontrol sosial menjadi lemah, sehingga memungkinkan terjadinya berbagai bentuk penyimpangan perilaku. Di dalam masyarakat yang disorganisasi sosial, seringkali yang terjadi bukan sekedar ketidak pastian dan surutnya kekuatan mengikat norma sosial, tetapi lebih dari itu, perilaku menyimpang karena tidak memperoleh sanksi sosial kemudian dianggap sebagai yang biasa dan wajar.

Tokoh-tokoh Psikologi Pendidikan Tugas 4

JohnDewey(1859-1952)

John Dewey adalah seorang profesor di universitas Chicago dan Columbia (Amerika). Teori Dewey tentang sekolah adalah "Progressivism" yang lebih menekankan pada anak didik dan minatnya daripada mata pelajarannya sendiri. Maka muncullah "Child Centered Curiculum", dan "Child Centered School". Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum jelas, seperti yang diungkapkan Dewey dalam bukunya "My Pedagogical Creed", bahwa pendidikan adalah proses dari kehidupan dan bukan persiapan masa yang akan datang. Aplikasi ide Dewey, anak-anak banyak berpartisipasi dalam kegiatan fisik, baru peminatan.

Bandingkan pendapat Dewey tsb dengan sabda Rasulullah SAW "didiklah anak-anakmu untuk jamannya yang bukan jamanmu"

. Maria Montessori (1870 - 1952)

Sebagai seorang dokter dan antropolog wanita Italy yang pertama, ia berminat terhadap pendidikan anak terbelakang, yang ternyata metodenya dapat digunakan pada anak normal.

Tahun 1907 ia mendirikan sekolah "Dei Bambini" atau rumah anak di daerah kumuh di Roma. Metode Montessori adalah pengembangan kecakapan indrawi untuk menguasai iptek untuk diorganisasikan dalam pikirannya, dengan menggunakan peralatan yang didesain khusus. Belajar membaca dan menulis diajarkan bersamaan. Montessori berpendapat anak usia 2 - 6 tahun paling cepat untuk belajar membaca dan menulis. Kritik terhadap Montessori adalah karena kurang menekankan pada perkembangan bahasa dan sosial, kreatifitas, musik dan seni.

Ijtihad dengan hasil yang benar bernilai dua, apabila hasilnya salah nilainya satu, sedangkan taklid atau mengikuti bernilai nol, jadi berfikir kreatif itu dikehendaki oleh Allah SWT.

John Dewey dalam buku Education and Democracy (1916) telah mendengungkan konsep pendidikan integral berdasarkan pada kemampuan, kebutuhan, dan pengalaman peserta didik. Pendidikan yang berbasis realitas dan pengalaman anak didik sebenarnya bentuk perlawanan dan kritik pada pola-pola pendidikan tradisional yang hanya memindahkan ilmu pengetahuan masa lampau kepada tiap generasi baru.

  1. Konsep Pengalaman

    Aspek pengalaman dalam pendidikan dapat kita lihat dalam buah pikiran John Dewey.(1859-1952). Dewey berpendapat bahwa pendidikan adalah proses rekonstruksi dan reorganisasi pengalaman-pengalaman. Melalui pengalaman seseorang akan memperoleh makna dan sekaligus peluang untuk memperoleh pengalaman berikutnya. Untak itulah J.Dewey menegaskan bahwa konsep pengalaman merupakan intipati pendidikan. Kunci untuk memahami diri dan dunia kita menurut Dewey, tiada lain adalah pengalaman-pengalaman kita sendiri. Dengan kata lain J.Dewey mencita-citakan adanya strategi pendidikan moral yang mengangkat pengalaman hidup anak didik. Pengalaman hidup ini bisa berasal dari aktivitas keseharian, ataupun dari kegiatan yang diprogramkan oleh lembaga-lembaga tertentu

william james "Pragmatisma"

TanggalSaturday, December 8th 2007, 10:38 AM Ikon185 Tanggal0

William James (1842-1910), mungkin adalah filsuf dan psikolog Amerika yang paling berpengaruh, dilahirkan di kota New York , tetapi menghabiskan masa kecilnya di Eropa.
Pendidikan dasarnya tidaklah biasa dan berganti-ganti, dikarenakan seringnya berpindah dari satu kota ke yang lain dan juga keinginan ayahnya agar dia lebih berkembang. Dia melewatkan masa pendidikannya disekolah umum dan dari guru bimbingan pribadinya di Swiss, Prancis, Inggris dan Amerika. Selama thun-tahun itu, dia hanya bisa membayangkan bagaimana kehidupan di sekolah sebenarnya. Setelah mendalami seni selama beberapa tahun, dia menyadari bahwa seni bukanlah bidangnya; dan pada tahun 1861 dia masuk ke Lawrence Scientific School di Cambridge, yang memberikan karir di bidang sains dan koneksi dengan Universitas Harvard yang terus berlangsung seumur hidupnya.

Saat berusia 35 tahun, dia telah menjadi dosen di universitas ini. Dia menjadi instruktur fisiologi dan anatomi selama 7 tahun, guru besar filsafat selama 9 tahun, dan menjadi guru besar psikologi sampai 10 tahun terakhir dia mengajar, saat dia kembali lagi mengajar filsafat. Dia adalah penulis yang produktif dan berbakat dibidang filsafat, psikologi dan pendidikan, dan pengarunya pada kehidupan pendidikan di Amerika sangatlah mengesankan. Karya terbesar dan paling berpengaruhnmya, The Principles Of Pshychology (Dasar-dasar Psikologi), yang diterbitkan tahun 1980, nantinya akan menjadi materi pendidikan modern yang sangat berpengaruh. Pemikirannya terhadap pendidikan dan pandangannya terhadap cara kerja pengajar dapat dilihat di karyanya yang terkenal Talks to Teacher. Selain sangat terkenal, buku-buku ini memberikan pengaruh yang besar terhadap pendidikan dan pengajarnya. Teori dan praktek pendidikan, adalah hutang terbesar Amerika kepada “ Bapak Pendidikan Psikologi Modern” ini.

William James adalah seorang yang individualis. Didalam bukunya Talks to Teacher tidak terdapat pernyataan mengenai pendidikan sebagai fungsi sisal. Baginya pendidikan lebih cenderung kepada “ organisasi yang ketertarikan mendalam terhadap tingkah laku dan ketertarikan akan kebiasaan dalam tingkah laku dan aksi yang menempatkan individual pada linkungannya”. Teori perkembangan diartikannya sebagai susunan dasar dari pengalaman mental untuk bertahan hidup. Pemikirannya ini dipengaruhi oleh insting dan pengalamannya mempelajari psikologi hewan dan doktrin teori evolusi biologi.

Ketertarikan James akan insting dan pemberian tempat untuk itu dalam pendidikan, menjadikan para pembaca bukunya peraya akan salah satu tujuan terpenting didalam pendidkan adalah memberikan kebebasan kepada anak-anak untuk mengikuti instingnya. Yang nantinya akan menjadi peribahasa teori pendidikan. “ Bekerjasamalah dengan insting, jangan melawannya”. Pembaca yang lebih teliti dapat menemukan tulisan yang lebih menguatkan akan hal ini, tapi ketidak raguannya ditunjukkannya melalui pernyataan-pernyataannya bahwa persatuan para psikolog telah salah mengenali kekuatan insting didalam kehidupan manusia.

Teori James akan insting sangatlah bersifat individualis dan sangatlah kolot pada pelaksanaannya. Mengesampingkan pernyataannya mengenai perubahan insting, yang berlawanan dengan diskusinya pada “Iron Law of Habit/Hukum Utama Kebiasaan” dan keprcayaannya akan tujuan dasar pendidikan sebagai pengembangan awal kebiasaan individual dan kelompok, dalam pembentukan masyarakat yang lebih sempurna.

Singkatnya, James menegaskan, dasar dari semua pendidikan adalah mengumpulkan semua insting asli yang dikenal oleh anak-anak, dan tujuan pendidikan adalah organisasi pengenalan kebiasaan seagai bagian dari diri untuk menjadikan pribadi yang lebih baik.

Sumbangan James yan paling berpenaruh terhadap metode pendidikan adalah hubungannya dengan susunan kebiasaan. James mengtakan:

“Hal yang paling utama, disemua tingkat pendidikan, adalah untuk membuat ketakutan kita menjadi sekutu bukan menjadi lawan. Untuk menemukan dan mengenali kebutuhan kita dan memenuhi kebutuhan dalam hidup. Untuk itu kita harus terbiasa, secepat mungkin, semampu kita, dan menjaga diri dari jalan yang memberi kerugian kepada kita, seperti kita menjaga diri dari penyakit. Semakin banyak dari hal itu didalam kehidupan sehari-hari yang dapat kita lakukan dengan terbiasa, semakin banyak kemampuan pemikiran kita yang dapat digunakan untuk hal yang penting lainnya.”

Dalam pembahasan mengenai metode susunan kebiasaan, James memberikan 4 atauran dasar:

1. Lengkapi dirimu dengan kekuatan dan ambillah keputusan seepat mungkin.
2. Tidakada pengecualian dalam kesempatan sampai kebiasaan baru telah tertanam dihidupmu.
3. Ambilah kesempatan yang paling pertama saat menambil tindakan.
4. Jagalah kebiasaan itu agar tetap ada dengan memberikan dorongan kecil setiap hari.


Pragmatisma

William James

Di Amerika Serikat terdapat bentuk dari filsafat empiris dan ekperimen yang paling tepat disebut sebagai Pramatism. Kita akan membahas pandangan mengenai hal itu.

Untuk tujuan itukita akan merujuk kepada bahan pembelajaran Lowell,karya William James yangterkenal, yang diterbitkan dengan judul Lectures on Pragmatism(Mempelajari Pramatisma).Tetapi sebelum itu, kita akan menandai satu poin penting, yaitu kita tidak membahas keseluruhan pemikirannya.Sebaliknya, kita akan melihat bagaimana ketidak adilan yang didapatkan pemikir besar Amerika ini yang bukunya kita jadikan sumber ide yang berharga.

Menurut James, pragmatisma adalah teori yang sesuai dengan keinginannya, atauleih tepatnya, sebua “metode”. Yang tidak untukdibandingkan dengan pemahaman religius ataupun filsafat yang mencoba memberikan penjelasan dan pengarahan didalam hidup. Pragmatisma, berdasarkan pendapat James, adalah bersifat radikal empiris, bukan kealamian. Didalam bukunya dia mengatakan: “ Tidak ada yang baru dari metode pragmatisma”. Pramatisma mewakili “ sifat-sifat empiris”. “dan diwaktu yang sama pragmatisma ada bukan untuk memberikan hasil yang istimewa, melainkan hanyalah sebuah metode”. “Pragmatisma tidak memiliki doma, dan doktrin didalam metodenya”. “Tidak ada hasil yang berbeda, lebih lanjut lagi, tetapi hanyalah sifat-sifat pemahamanlah yang dimaksudkan dari metode pragmatisma”. Sifat-sifat seperti melihat sesuatu sebagaimana adanya, dasar-dasar, “kategori”, pengenalan keinginan; dan melihat jauhke belakang, sebab-akibat dan fakta.”

Pragmatisma merupakan anthropocentis murni, dengan alas an itu pulahla dipakai kata humanisme untuk menggambarkan pramatisma. Menurut Kantian, pragmatisma adalah humanisme selama tidak mewakili kemampuan berpikir didalam dunia nyata. Sedangkan, menurut Kant, dengan pemahaman dan pemikiran yang lebih jernih, mempercayai kemampuan pemikirian dalam menciptakan gambaran tetap dari bumi (apapun yang menjadi dasarnya),pragmatisma menolak pandangan itu. “Adalah Schilcore (pelopor filsafat pragmatisma) yang menyadari adanya inti dari kenyataan yang dapat dirasakan. Keliatannya sama dengan pandangan Kant, tetapi diantara keduanya ada pemisah yaitu perbedaan mendalam antara rasioanlisme dan empirisme.

BErdasarkan hal itulah, semua ketertarikan dan alasan pribadi, dan pemikiran murni dari idealisme Hegel dapat kita katakan tidaklah ada. Alasan tidak menciptakan fakta; hanyalah memberi perintah dan mengelompokkan fakta. Seperti halnya saya menyatakan sesuatu itu benar, dan saya terus menyatakannya sampai sesuatu itu menjadi lebih dari sekedar alasan; Saya menyatakannya dengan pemikiran yang mengingatkan saya akan hubungannya dengan apa yang saya lakukan dan pikirkan.

Jalan pemikiran seperti ini, tentu saja, memerikan perhatian khusus teradap masalah yang terdapat pada teori pengetahuan, dan pemikiran lain seperti kebenaran dan kegagalan mendapatkan makna yang berbeda dari paham idealis maupun popular. Perbedaan mendasar antara benar dan salah terdapat pada pelaksanaannya. Suatu pemikiran itu benar jika pemikiran itu berguna, dan salah bila tidak dapat digunakan.

Menurut James, penilaian dan hukuman adalah penuntun sedehana dari tingkah laku, sehingga pemikiran akan norma kita tidak bersifat selamanya; lebih kepada menyesuaikan teradap situasi. Dampaknya, perbedaan antara penilaian fakta dan penilaian harga serta perbedaan antara alasan teoris dan alasan praktikal menghilang. Kata-kata “benar”dan “nyata” menyatakan bentuk dari nilai perasaan ketidakbergunaan; dan kata “baik” adalah sebuah penyamaran. Ini adalah bukti dimana James secara tidak sadar membenarkan pendapat Nietzche mengenai kekacauan pemakaian teori norma primordial.

Dampak lainnya adalah, nilai iman kita tidak memerikan bukti mengenai dunia secara keseluruhan; sesuatu benar menurutku jika itu berguna, seperti halnya kebebasan lebih beruna dari pada determinasi. Yang terakhir menghalangi kegiatanku, yang pertama memberi sayap kepadanya. Itulah sebabnya, sifat-sifat iman, atau “keinginan untuk percaya”, yang nantinya diubah oleh James menjadi “Hak untuk percaya”, adalah sebuah mesin kemajuan. Para materialitis harus disalahkan, bukan karena mereka salah, tetapi karena mereka tidak mengasilkan, atau dengan kata lain tidak memberikan hasil yang berguna seperti halnya para idealis, yang mungkin saja salah, tetapi dapat memberikan bukti

L. Thorndike

Di dalam pembahasan akan difokuskan pada teori belajar orang dewasa. Ada aliran inkuiri yang merupakan landasan teori belajar dan mengajar orang dewasa yaitu : “scientific stream” dan “artistic atau intuitive/reflective stream”. Aliran “scientific stream” adalah menggali atau menemukan teori baru tentang belajar orang dewasa melalui penelitian dan eksperimen . Teori ini diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dengan pubilkasinya “ Adult Learning”, pada tahun 1928.
Pada aliran artistic, teori baru ditemukan melalui instuisi dan analisis pengalaman yang memberikan perhatian tentang bagaimana orang dewasa belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh Edward C. Lindeman dalam penerbitannya “ The Meaning of Adult Education” pada tahun 1926 yang sangat dipengaruhi oleh filsafat pendidikan John Dewey.
Menurutnya sumber yang paling berguna dalam pendidikan orang dewasa adalah pengalaman peserta didik. Dari hasil penelitian, Linderman mengidentifikasi beberapa asumsi tentang pembelajar orang dewasa yang dijadikan fondasi teori belajar orang dewasa yaitu sebagai berikut :
1) pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat dimana belajar akan memberikan kepuasan
2) orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga unit-unit pembelajar sebaiknya adalah kehidupan nyata (penerapan) bukan subject matter.
3) Pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran adalah analisa pengalaman (experiential learning).
4) Pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran guru sebagai instruktur.
5) Perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar.

Carl R Rogers (1951) mengajukan konsep pembelajaran yaitu “ Student-Centered Learning” yang intinya yaitu :
1) kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi kita hanya bisa menfasilitasi belajarnya.
2) Seseorang akan belajar secarasignifikan hanya pada hal-hal yang dapat memperkuat/menumbuhkan “self”nya
3) Manusia tidak bisa belajar kalau berada dibawah tekanan
4) Pendidikan akan membelajarkan peserta didik secara signifkan bila tidak ada tekanan terhadap peserta didik, dan adanya perbedaan persepsi/pendapat difasilitasi/diakomodir

Peserta didik orang dewasa menurut konsep pendidikan adalah :
1) meraka yang berperilaku sebagai orang dewasa, yaitu orang yang melaksanakan peran sebagai orang dewasa
2) meraka yang mempunyai konsep diri sebagai orang dewasa

Andragogi mulai digunakan di Netherlands oleh professor T.T Ten have pada tahun 1954 dan pada tahun 1959 ia menerbitkan garis-garis besar “Science of Andragogy”
Model andragogi mempunyai konsep bahwa : kebutuhan untuk tahu (The need to know), konsep diri pembelajar ( the learner’s concept),peran pengalaman pembelajar (the role of the leaner’s experience), kesiapan belajar ( readiness to learn), orientasi belajar (orientation of learning) dan motivasi lebih banyak ditentukan dari dalam diri si pembelajar itu sendiri.
Didalam pembelajaran orang dewasa tidak sepenuhnya harus menggunakan model andragogi, tetapi bisa digabung model pedagogi. Jika pembelajarnya belum mengetahui atau sangat asing dengan materi yang disampaikan tentunya kita bisa menggunakan model pedagogi pada awal-awal pertemuan untuk mengkonstruksi pengalaman dengan pengetahuan yang baru didapatkan, selanjutnya bisa digunakan model andragogi sebagai penguatan dan pengembangan.

Jawaban Soal-soal Psikologi Pendidikan Tugas 3

Soal dan Jawaban

  1. Mengapa psikologi pendidikan menjadi sangat penting untuk dipahami dan diterapkan oleh guru,saat menfasilitasi proses pembelajaranya?

Jawaban: psikologi pendidikan mempunyai peranan sangat penting bagi seorang guru dan diterapkan dalam proses belajar mengajar. Karena di dalam psikologi pendidikan ada materi yang memuat tentang segala aspek yang berhubungan dengan kejiwaan dan pola fikir seorang anak. Adanya psikologi pendidikan guru lebih memahami bagaimana caranya mempengaruhi anak didik dalam mendidik sesuai dengan usia mereka,memahami cara – cara khusus dalam melakukan pendekatan dengan mereka. Sehingga seorang guru dapat dengan mudah mengetahui karakter dari masing – masing peserta didik.

Terkait dalam hal ini akan lebih terlihat paedagogik seorang pendidik yang menerapkan atau tidaknya psikologi pendidikan dalam proses pembelajaran. Pada setiap pendidik memiliki metode – metode khusus dalam pengajaran. Dengan adanya psikologi pendidikan hal ini paling tidak dapat menjembatani dan juga menjadi nilai tambah pada metode pengajaran pada pendidik.

Belajar merupakan proses untuk mencari solusi dan problematika yang ada. Hasil dari proses pembelajaran akan terlihat apabila problem teratasi. Namun,jika tidak maka akan menambah problem yang ada. Dalam hal ini tentu seorang pendidik harus benar – benar memahami perkembangan pada diri peserta didik . Maka dari sini materi psikologi pendidikan akan terlihat dan sangat mempunyai peranan penting.

  1. Berikan informasi lebih lengkap tentang proses psikologi yang berpengaruh pada proses belajar,seperti :”motivasi”,”perasaan”,”ingatan”,”fantasi”,”perhatian”,”pengamatan”,”tanggapan”.

Jawaban

Ø Motivasi

Motivasi adalah sebagai hasrat keinginan dan minat yang timbul dari seseorang dan langsung di tujukan kepada suatu objek.motivasi (dorongan) yang sangat besar berpengaruh membangkitkan aktivitas dan gairah belajar.motivasi yang dimiliki seseorang akan menentukan keberhasilan suatu pekerjaan sekalipun aktivitas tersebut di tunjuk oleh pembawaan,bakat dan keterampilan.

Sebagai proses motivasi mempunyai fungsi antara lain:

a) Memberi semangat dan mengaktifkan orang lain untuk tetap berminat dan siaga.

b) Memusatkan perhatian pada tugas-tugas tertentu yng berhubungan dengan pencapaian sukses

c) Membantu memenuhi kebutuhan akan hasil jangka panjang dan jangka pendek.

Ø Perasaan

Definisi perasaan ialah suatu pernyataan jiwa, yang sedikit banyak bersifat subjektif, untuk merasakan senang atau tidak senang,dan yang tidak bergantung pada perangsang dan alat – alat indra.

Sifat – sifat perasaan antara lain:

  1. senang dan tidak senang
  2. kuat dan lemah
  3. lama dan tidak lama
  4. relatif,dan
  5. tidak berdiri sendiri sebagai pernyataan jiwa.

Nilai perasaan bagi manusia pada umumnya:

  1. Dengan perasaan, kita dapat menyesuaikan diri dengan keadaan di sekitar kita, dengan keadaan tubuh kita, dengan masyarakat kita, dan sebagainya.
  2. Dengan perasaan, kita dapat ikut serta merasakan atau mengalami, apa yang dirasakan atau dialami oleh sesama, meski pada zaman lampau atau pada tempat yang berjauhan.
  3. Terutama dengan perasaan ke Tuhanan, kita dapat bersama – sama merasa nasib, tugas dan kewajiban kita terhadap tuhan yang dengan demikian kita mempunyai rasa peri kemanusiaan antara manusia, dan merasa senasib dengan segala makhluk. Dengan perasaan ini pula, maka terciptalah ketentraman di atas dunia.
  4. Dengan perasaan, maka makhluk yang bernama manusia, dibedakan dengan makhluk – makhluk lain dan sebagainya.

Nilai perasaan di dalam pendidikan:

  1. Perasaan dapat membawa manusia ke arah kebaikan dan keburukan. Jadi dapatlah anak manusia dididik.
  2. Perasaan - perasaan rohaniah dapat menimbulkan kebahagiaan bagi manusia.
  3. Janganlah kita bercerita tentang sesuatu yang menakutkan atau dapat menimbulkan rasa giris. Gantilah cerita semacam ini dengan cerita yang menyenangkan atau cerita – cerita pahlawan.
  4. Hindarkanlah segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa rendah dan jahat kepada anak – anak, sekalipun hanya dengan kata – kata.
  5. Kalau pendidik dapat dengan baik menanamkan rasa intelek, maka pada anak akan timbul rasa diri positif, tapi tidak sombong.

Ø Ingatan

Daya jiwa itu ialah ingatan. Ingatan ialah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksikan kembali pengertian – pengertian atau tanggapan – tanggapan kita. Ingatan itu dipengaruhi oleh:

    • Sifat perseorangan
    • Keadaan di luar jiwa kita (alam sekitar, keadaan jasmani, dan sebagainya).
    • Keadaan jiwa kita.(kemauan, perasaan dan sebagainya)

Bagaimana usaha guru agar bahan pelajaran dapat lama tinggal di dalam ingatan anak?Menurut ketiga daya yang terdapat di dalam ingatan kita maka pembedaan itu kita bagi atas tiga rumpun pula. Dari daya menerima, ada ingatan yang cepat dan ada yang lambat. Dari daya menyimpan ada yang luas dan ada yang sempit, kuat dan ada yang lemah, setia dan ada yang tidak setia.

  1. Ingatan yang cepat dan mudah, artinya ingatan seseorang itu dapat cepat dan mudah menerima kesan – kesan.
  2. Ingatan yang luas, artinya dalam sekaligus orang itu dapat menerima banyak kesan – kesan dan dalam daerah yang lebar.
  3. Ingatan yang kuat, artinya ingatan orang itu dapat menyimpan kesan – kesan dalam waktu yang lama.
  4. Ingatan yang setia, artinya ingatan orang itu dapat menyimpan kesan – kesan dengan tidak berubah daari kesan semula.
  5. Ingatan yang mudah dan patuh, artinya ingatan orang itu dapat memproduksikan kembali kesan – kesan denga mudah dan tidak kurang dari kesan semula.

Berhubungan adanya ingatan yang berlainan ini maka guru harus mengingat juga hal ini di dalm memberikan bahan pelajaran kepada anak – anak, terutama harus memperhatikan segi kelemahan.

Usaha itu misalnya:

1. Guru jangan terlalu cepat pada ewaktu menerangkan sesuatu bahan pelajaran Tetapi jangan pula terlalu lambat agar anak yang ingatannya cepat tidak lekas bosan.

2. Berhubung dengan itu janganlah terlalu banyak bahan yang diberikan di dalam satu jam pelajaran. Sebab banyak berarti juga cepat.

3. Bahan pelajaran itu harus di ulang setiap ada kesempatan. Dan harus di usahakan oleh guru agar anak – anak mengulang.

4. Untuk mengusahakan agar bahan pelajaran tidak mudah berubah – ubah, maka pemberian pelajaran itu harus dapat memberikan:

a. Pengamatan yang mendekati kenyataan

b. Memberi kasan yang dalam

Ø Fantasi

Daya jiwa itu ialah fantasi. Yaitu suatu daya jiwa yang dapat mebentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan – tanggapan lama.

Fantasi ialah suatu daya jiwa untuk menciptakan sesuatu yang baru. Jadi dengan fantasi ini manusia dapat membentuk sesuatu yang sebelum ini belum ada, sehingga sesuatu yang baru itu merupakan suatu kreasi, meski dengan jalan bagaimanapun juga.

Manfaat dari fantasi ialah:

a. Dengan fantasi para seniman dapat menciptakan sesuatu yang baru dan kita ikut menikmatinya.

b. Dengsn fsntasi kita dapat ikut bersimpati dengan sesama manusia, meski berjauhan tempatnya.

c. Dengan fantasi kita dapat mengambil intisari dan mengikuti perjalanan sejarah meski sudah di jaman lalu.

d. Dengan fantasi kita dapat merencanakan hidup kita di hari nanti.

e. Dengan fantasi kita dapat merintang – rintang duka di hidup kini dan pergi kedunia yang indah.

Bahayanya:

a. Kalau orang sering dan berlebih lebihan pergi kedunia fantasi yang indah – indah karena tidak tahan menghadapi kesulitan hidup, orang akan mudah putus asa, karena kecewa pada waktu ia kembali kedunianya yang sebenarnya.

b. Juga dengan fantasi orang mudah sekali berdusta. Karena ia dikuasai fantasinya, lebih – lebih pada anak – anak.

c. Dalam merencanakan hidup dihari nannti, mudah sekali orang tergelincir ke rencana yang berlebih – lebihan sehingga besar pasak dari pada tiangnya.

d. Fantasi yang tanpa pinpinan dan penjagaan akan mudah sekali menjadi fantasi yang jauh dan liar.

Nilai fantasi dalam pendidikan:

  1. mengajarkan pada anak sejarah ilmu bumi, mendongeng ilmu alam dsb.
  2. Kita tidak akan tergesa – gesa menghukum karena menghukum karena dusta anak, sebab hal itu bukan disengaja oleh anak tapi terbawa oleh perkembangannya.
  3. Membentuk watak anak – anak
  4. Sebagai alat pengajaran kinder garten frobel adalah dengan maksud agar fantasi anak dapa berkembang dengan baik dan leluasa.

Ø Perhatian

Perhatian merupakan syarat psikologis dalam individu mengadakan persepsi,yang merupakan langkah persiapan,yaitu adanya kesediaan individu untuk mengadakan persepsi.perhatian merupakan pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang di tujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek.

Di tinjau dari segi timbulnya perhatian,perhatian dapat di bedakan atas perhatian spontan dan perhatian tidak spontan.

1. perhatian spontan, yaitu perhatian yang timbul dengan sendirinya,timbul dengan secara spontan.perhatian ini erat hubungannya dengan individu.bila individu telah mempunyai minat terhadap suatu objek,maka terhadap objek itu biasanya timbul perhatian yang spontan,secara otomatis perhatian itu akan timbul.

2. Perhatian tidak spontan, yaitu perhatian yang ditimbulkan dengan sengaja,karena itu harus ada kemauan untuk manimbulkannya

Di lihat dari banyaknya objek yang dapat dicakup oleh perhatian pada suatu waktu,perhatian dapat di bedakan,perhatian yang sempit dan perhatian yang luas.

(a) Perhatian yang sempit ,yaitu perhatian individu pada suatu waktu hanya dapat memperhatian sedikit objek.

(b) Perhatian yang luas ,yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak objek pada suatu saat sekaligus. Misalnya orang melihat pasar malam, ada orang yang dapat menangkap objek sekaligus, tetapi sebaliknya ada orang yang tidak dapat berbuat demikian.

Sehubungan dengan ini perhatian dapat juga dibedakan atas perhatian yang terpusat dan perhatian yang terbagi-bagi.

(a) Perhatian yang terpusat yaitu individu pada suatu waktu hanya dapat memusatkan perhatian pada suatu objek.pada umumnya orang yang mempunyai perhatian yang sempit sejalan dengan perhatian yang terpusat.

(b) Perhatian yang terbagi-bagi ,yaitu individu pada suatu waktu dapat memperhatikan banyak hal atau objek. Pada umumnya orang yang mempunyai perhatian yang luas sejalan dengan yang terbgi ini.

Dilihat dari fluktuasi perhatian, maka perhatian dapat dibedakan,perhatian yang statis dan perhatian yang dinamis.

(a) Perhatian yang statis ,yaitu individu dalam waktu yang tertentu dapat dengan statis atau tetap perhatiannya tertuju kepada objek tertentu.orang yang mempunyai perhatian semacam ini sukar memindahkan perhatiannya dari satu objek ke objek yang lain.

(b) Perhatian yang dinamis ,yaitu individu dapat memindahkan perhatiannya secara lincah dari satu objek ke objek yang lain.individu yang mempunyai perhatian

Ø Pengamatan

Pengamatan ialah proses mengenal dunia luar dengan menggunakan indra. Macam – macam alat indra:

    1. Indra penglihat,
    2. Indra pendengar,
    3. Indra pembau,
    4. Indra perasa atau pengecapan,
    5. Indra peraba,
    6. Indra keseimbangan,
    7. Indra perasa urat daging (kinestetik)
    8. Indra perasa jasmaniah.

Didalam menyajikan bahan pelajaran, guru harus berusaha supaya pengajaran itu diberikan:

    1. Dengan tidak terlalu cepat, sebab pengajaran itu harus jalas bagi anak – anak.
    2. Jangan terlalu luas bahan yang diberikan sebab yang baik ialah pengetahuan yang mendalam artinya dimengerti oleh anak.
    3. Pengajaran itu harus diragakan, artinya tidak hanya indra pendengar saja yang bekerja.

Usaha seorang guru dan orang tua yang mendapati anak yang cacat:

  1. Anak yang rabun jauh: harus didudukan didepan dan anak yang rabun dekat harus ditempatkan dibelakang.
  2. Anak yang cacat indra pendengarnya harus didudukan ditengah – tengah supaya dapat mendengar suara teman dan gurunya.

Ø Tanggapan

Tanggapan ialah gambaran pengamatan yang tinggal dikesadaran kita sesudah mengamati.

Tipe tanggapan yaitu:

  1. Tipe visual, orang mempunyai ingatan yang baik sekali.
  2. Tipe auditif, orang dapat mengingat dengan baik sekali bagi apa yang telah didengarnya.
  3. Tipe motorik, orang itu dapat mengingat apa yang dirasakan gerakannya.
  4. Tipe taktil, orang itu mempunyai ingatan yang baik buat segala yang telah pernah dirabanya.